Ojol Guru di Jalan Raya

Ojol Guru di Jalan Raya
Oleh : H. Nanang, S.H.
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Garut

Di simpang jalan yang riuh, di bawah terik matahari yang membakar, atau hujan yang tiba-tiba menetes deras, para pekerja ojek online yang akrab kita sapa “ojol” tetap melaju. Roda motor mereka berputar menyusuri jalanan macet, gang sempit, hingga jalan berlubang. Tujuan mereka sederhana mengantar pesanan, menjemput penumpang, menyambungkan kebutuhan manusia dengan kenyataan. Sering kali, kita hanya memandang mereka sebagai pengantar makanan atau tukang ojek modern. Padahal, jika hati kita lebih jeli, dari ojol kita bisa belajar banyak hal. Mereka adalah guru di jalan raya, guru yang tidak mengajar dengan papan tulis, tapi dengan keteguhan langkah dan kesabaran hidup.
1. Kecepatan dan Kepastian
Begitu aplikasi berbunyi, dalam hitungan detik kita tahu siapa yang menjemput, berapa lama sampai, dan kapan tiba. Tidak ada janji kosong, tidak ada kata “nanti saya kabari.” Di tengah dunia yang serba tidak pasti, ojol menghadirkan kepastian sederhana yang justru sangat berharga. Bukankah seharusnya pejabat, birokrat, bahkan kita semua belajar dari hal ini? Rakyat tidak menuntut pidato panjang; mereka hanya butuh kepastian sederhana kapan jalan diperbaiki, kapan bantuan turun, kapan masalah diselesaikan.
2. Kerja Keras tanpa Panggung
Pekerja ojol tidak menunggu tepuk tangan. Mereka bekerja dalam senyap, tanpa sorotan kamera, tanpa panggung. Yang penting pesanan sampai, pelanggan senang, dan keluarga bisa makan. Pelajaran yang kita dapat kerja yang tulus tidak selalu butuh sorakan. Sering kali, masyarakat hanya menanti ketulusan yang nyata, bukan kata-kata yang riuh.
3. Kesabaran Menghadapi Ragam Watak
Ada pelanggan yang ramah, ada yang cerewet, bahkan ada yang sengaja menipu. Tapi para ojol tetap menjemput, tetap mengantar, tetap mengucap salam di akhir perjalanan.
Begitulah hidup. Kita tak bisa hanya bertemu orang baik, tapi kita bisa memilih untuk tetap sabar.
4. Teknologi Sebagai Sahabat
Bagi sebagian orang, teknologi menakutkan. Tapi bagi ojol, teknologi adalah sahabat. Dengan aplikasi, mereka mendapat nafkah, menemukan arah, dan bertemu rezeki baru setiap hari.
Pesan yang bisa kita petik jangan takut pada teknologi. Ia hanyalah alat. Yang berbahaya bukanlah mesin, melainkan manusia yang menolak belajar.
5. Kemandirian yang Tak Melupakan Solidaritas
Meski bekerja seorang diri, para ojol tidak hidup sendiri. Di pangkalan, mereka saling berbagi cerita, saling menolong bila ada musibah.
Mereka mengajarkan bahwa kemandirian tidak berarti menutup diri. Solidaritas adalah energi yang membuat roda kehidupan tetap berputar.
6. Irama Perubahan yang Tak Terbendung
Dulu, ojek pangkalan dianggap tradisional. Kini mereka bertransformasi lewat aplikasi. Yang bertahan bukanlah yang paling kuat, melainkan yang paling mau beradaptasi.
Pelajarannya jelas perubahan tidak bisa ditolak. Kita hanya punya dua pilihan menolak lalu tergilas, atau menerima lalu tumbuh.
7. Harapan yang Tak Pernah Padam
Meski order kadang sepi, meski pendapatan sering tak seberapa, para ojol tetap berangkat setiap pagi dengan semangat. Mereka percaya, selalu ada rezeki yang menanti di ujung jalan.
Harapan itulah yang membuat mereka tidak menyerah. Harapan itulah yang seharusnya juga membuat kita tetap bertahan.
Guru di Jalan Raya
Para pekerja ojol barangkali tak pernah berniat menjadi guru kehidupan. Namun siapa sangka, dari jalan raya yang berdebu, dari helm dan jaket hijau yang lalu lalang, kita bisa memetik hikmah yang dalam.
Mereka mengajarkan kepastian, kerja keras, kesabaran, pemanfaatan teknologi, solidaritas, adaptasi, dan harapan. Nilai-nilai yang sering kita dengar, tapi jarang benar-benar kita jalani.
Maka, lain kali ketika Anda membuka aplikasi, menunggu pesanan tiba, atau menatap punggung seorang ojol yang membelah jalan, ingatlah di sana ada guru yang sedang lewat. Guru yang tak mengajar dengan kata, tapi dengan keteladanan. Guru yang hadir bukan di ruang kelas, melainkan di jalan raya.
Dan seperti guru sejati, pelajarannya sederhana tapi mengubah cara kita melihat hidup, bahwa kerja keras adalah ibadah, sabar adalah jalan, solidaritas adalah kekuatan, dan harapan adalah cahaya yang tak pernah padam. Semoga!
✦ Tanya AI