• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Keajaiban yang Terjadi Sendiri!

img

Jenderal Hoegeng Imam Santoso merupakan sosok yang luar biasa dalam sejarah kepolisian Indonesia, menjabat sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) yang kelima dari tahun 1968 hingga 1971. Lahir di Pekalongan pada 14 Oktober 1921 dengan nama asli Iman Santoso, beliau memiliki latar belakang pendidikan dan karir yang mengesankan di bidang militer dan kepolisian.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Akademi Polisi, Hoegeng mulai bekerja di bagian Purel, Jawatan Kepolisian Negara. Pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya di sektor militer semakin mengokohkan posisinya di kepolisian. Salah satu atribut terpenting dari kepemimpinannya adalah integritasnya yang tinggi dan komitmennya untuk memberantas korupsi dan gratifikasi.

Di era pemerintahannya, Hoegeng dikenal menerapkan prinsip hidup sederhana dan tegas, dengan penolakan yang kuat terhadap segala bentuk gratifikasi, terlepas dari posisinya yang tinggi. Prinsip ini tidak hanya membuatnya dihormati dalam jajaran kepolisian, tetapi juga di kalangan masyarakat luas. Penghargaan terhadap prinsip dan sikapnya ini masih dapat dirasakan hingga hari ini.

Pada tahun 1960, Hoegeng diangkat sebagai Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara sekaligus dipercaya mengemban jabatan sebagai Kepala Jawatan Imigrasi pada tahun yang sama. Ketegasannya dalam menjalankan tugas menjadi teladan yang menginspirasi banyak anggota kepolisian.

Hoegeng memperoleh pendidikan dasar di HIS dan kemudian melanjutkan ke MULO pada tahun 1934, sebelum berpindah ke AMS Westers Klassiek pada tahun 1937. Di tengah masa pendudukan Jepang, ia memulai pendidikan militer dan kepolisian. Tak hanya tegas dalam tugas, keberaniannya untuk menentang korupsi di lingkungan kepolisian membuatnya dikenang hingga saat ini.

Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Presiden keempat, Abdurrahman Wahid, hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap, dan salah satunya adalah Jenderal Hoegeng. Ketaatan pada prinsip tersebut mengukuhkan posisinya sebagai salah satu figur terhormat dalam sejarah penegakan hukum di Indonesia.

© Copyright 2024 - Muhammadiyahgarut.com: Gerakan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Added Successfully

Type above and press Enter to search.