Selayang Pandang K.H. Ahmad Dahlan dan Buya Hamka

Sebagaimana kita ketahui, Organisasi Muhammadiyah merupakan salahsatu organisasi Islam yang berpengaruh besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Tentunya siapapun ketika kita berbicara mengenai Organisasi Muhammadiyah, selain akan membicarakan sosok yang telah berjasa dalam mendirikan organisasi tersebut, yakni K.H. Ahmad Dahlan. Beliau mendirikan Organisasi Muhammadiyah di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H), juga akan membicarakan pula satu sosok yang familiar sampai saat ini dengan nama Buya Hamka.
Berikut ini selayang pandang dua tokoh organisasi Muhammadiyah yang terkenal.hingga ke mancanegara.
KH. Ahmad Dahlan

KH. Ahmad Dahlan adalah seorang yang telah di lahir pada tahun 1285 H/1868 M, dahulunya KH. Ahmad Dahlan diberi nama Muhammad Darwis. KH. Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh ulama yang merupakan salah satu tokoh yang mendirikan Muhammadiyah. Beliau juga menjadi bagian dari pada daftar tokoh pergerakan nasional dan menjadi tokoh idola di Indonesia.
Perjuangan KH. Ahmad Dahlan dalam membela Islam patut di perhitungkan sampai pada akhirnya ia menjadi seorang yang memiliki pengaruh penting dalam perkembangan Islam tersebut. KH. Ahmad Dahlan dalam memperjuangkan Islam sangatlah keras sampai ia meninggal pada tahun 1923 M.
Pada saat itu KH. Ahmad Dahlan ini memiliki sebuah semboyan yang sampai saat ini tetap dikenal oleh umat Islam terutama untuk ulama ulama ataupun aktivis Muhammadiyah di antaranya adalah sebagai berikut: Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup pada Muhammadiyah.
Buya Hamka

Buya Hamka adalah seorang yang lahir pada tahun 1908 pada tanggal 6 Februari di daerah Maninjau lebih tepatnya di daerah Sumatra barat. Buya Hamka adalah seorang yang memiliki nama asli yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah.
Awal mula Buya Hamka aktif di Muhammadiyah adalah pada saat itu adalah mengikuti muktamar di daerah Solo pada 1928. Kemudian Buya Hamka juga menjadi anggota PP Muhammadiyah yang telah dimulai pada tahun 1953 sampai dengan 1971. Buya Hamka meninggal sebagai seorang penasehat di Muhammadiyah.
Pada saat itu, yaitu pada masa orde lama, Buya Hamka ini juga pernah aktif dalam konstituante yang merupakan hasil dari Pemilu 1 pada tahun 1955. Buya Hamka mewakili partai Masyumi Jawa Tengah.
Buya Hamka pernah juga dipenjarakan. Pada saat itu ia ditahan dan saat di penjara, Buya Hamka menyelesaikan karyanya yang berjudul Tafsir al-Azhar. Buya Hamka juga pernah menjabat sebagai Ketua MUI yang terbentuk pada 1957.
Buya Hamka menjadi ketua umum pertama menjabat dua periode pada tahun 1980. Kemudian Buya Hamka tidak menjabat karena sebuah aturan yang dibuatnya tentang larangan mengikuti Natalan.
Sumber: https//smkmuhammadiyah5kisaran.sch.id/read/106/tokoh-berpengaruh-dan-sejarah-berdirinya-muhammadiyah
✦ Tanya AI