• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Reportase Haji Seri 12: Di Depan Ka'bah, Ketika Allah Menurunkan Bala Tentara Burung dari Langit

img

Reportase Haji Seri 12: Di Depan Ka'bah, Ketika Allah Menurunkan Bala Tentara Burung dari Langit

Oleh: Agus M Maksum


Di Titik Itu Aku Duduk, di Tengah Sejarah yang Hidup,tentang hancurnya pasukan bergajah Abrahah

Malam merunduk di sekitar Ka'bah. Udara terasa berat. Bukan karena debu pasir, tapi karena sesuatu yang lebih dalam getaran sejarah. Aku duduk diam, namun pikiranku menembus waktu. Inilah tempat yang menjadi poros bumi dan langit. Di sinilah, ribuan tahun lalu, kekuasaan manusia digulung oleh kehendak Allah yang tak terbendung.


Aku tak sedang membayangkan dongeng. Aku sedang mengingat kenyataan yang telah diabadikan dalam Al-Qur’an. Di sinilah, Abrahah dan pasukannya pernah mengira mereka akan merobohkan rumah Allah. Tapi mereka lupa: Ka'bah bukan hanya bangunan, ia adalah lambang perjanjian antara langit dan bumi. Dan siapa yang mengusiknya, akan berhadapan langsung dengan Pemiliknya.


Kisah Itu Dimulai dari Yaman

Abrahah Al-Asyram, seorang penguasa Habasyah yang menguasai Yaman, membangun gereja megah bernama Al Qullayus agar bangsa Arab berpaling dari Ka'bah. Ia kira, rumah Allah bisa dikalahkan dengan keindahan dan kemewahan. Ia lupa, bukan kemegahan yang membuat Ka'bah dikunjungi, tapi karena ia suci, karena ia ditetapkan oleh Allah sebagai pusat ibadah tauhid sejak zaman Nabi Ibrahim dan Ismail.

Saat gerejanya dinistakan oleh seorang Arab yang marah, dendamnya memuncak. Maka ia kerahkan pasukan bergajah, 70.000 tentara. Ia menantang bukan hanya bangsa Arab, tapi Allah sendiri.


Ketika Abdul Muthalib Menyerahkannya kepada Allah

Penduduk Makkah panik. Mereka tahu tak sanggup melawan kekuatan sebesar itu. Mereka minta pendapat Abdul Muthalib, pemuka Quraisy, kakek Nabi Muhammad. Jawabannya tenang tapi membakar:

"Aku tidak akan melawan. Aku adalah pemilik unta-unta itu, dan Ka'bah punya Pemilik sendiri. Dialah Allah, yang akan menjaganya."

Lalu Abdul Muthalib dan penduduk Mekah naik ke gunung-gunung, meninggalkan kota dalam pasrah total.


Detik-Detik Kehancuran: Ketika Langit Turun Tangan

Abrahah semakin dekat. Gajahnya maju. Tapi saat Ka'bah telah tampak di hadapan, gajah besar itu mendadak duduk. Diperintahkan maju, ia tak bergerak. Dipukul, digertak, dipaksa—tetap tak mau berjalan. Tapi jika diarahkan ke arah Yaman, ia berdiri dan melangkah.


Tiba-tiba, dari arah laut, datang kawanan burung yang belum pernah mereka lihat. Ababil, burung-burung kecil utusan Allah. Mereka terbang tinggi dan menjatuhkan batu-batu dari tanah terbakar, tepat mengenai kepala dan tubuh para prajurit. Batu-batu itu bukan sekadar batu. Mereka membawa kehendak Allah.

Tubuh-tubuh raksasa itu tumbang. Gajah-gajah menjerit. Prajurit-prajurit berteriak. Abrahah sendiri, tubuhnya membusuk, luka-lukanya tak dapat disembuhkan. Ia kembali ke Yaman dengan kehinaan. Tidak lama, ia pun mati, binasa oleh tangan Allah.


Refleksi: Ka’bah Akan Tetap Berdiri, Hingga Akhir Zaman

Aku duduk dan memandang Ka'bah dalam diam. Tapi jiwaku bergetar.

Allah tidak perlu bala tentara dari bumi untuk menjaga rumah-Nya. Ia cukup mengirim burung. Cukup mengirim batu kecil. Itulah pelajaran besar bagi mereka yang merasa paling berkuasa di dunia.

Ka'bah tetap berdiri. Abrahah dan pasukannya menjadi debu sejarah. Inilah bukti, bahwa yang kokoh bukan yang besar, tapi yang diberkahi oleh Allah.


Surah Al-Fil, Suara dari Langit yang Menggetarkan

"Apakah engkau tidak memperhatikan bagaimana Rabb-mu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia menjadikan tipu daya mereka sia-sia, dan mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”

(QS. Al-Fil 1-5)


Penutup:

Wahai diriku, wahai siapa pun yang pernah merasa hebat karena kekuasaan atau jabatan, kisah ini bukan hanya sejarah—ia adalah pelajaran abadi: Jangan pernah menantang yang disucikan oleh Allah. Dan jangan pernah meremehkan kuasa-Nya, meski datang melalui hal yang kecil dan tak terlihat.

Ka'bah ini pernah hendak dihancurkan. Tapi Allah turun tangan. Dan sejarah pun tunduk pada-Nya.


© Copyright 2024 - Muhammadiyahgarut.com: Gerakan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Added Successfully

Type above and press Enter to search.