Optimisme atau Ilusi? Eks Menteri Jokowi Sebut Target Pertumbuhan Ekonomi 8% 'Tidak Mungkin'

Pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan sebesar 8% mungkin akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk terwujud. Mengingat bahwa Indonesia pernah mencapai angka pertumbuhan sebesar 8,2% pada tahun 1995, harapan ini masih menjadi tanda tanya. Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) periode 2014-2015, Andrinof Chaniago, ada keraguan mengenai kenyataan pencapaian tersebut. Ia menekankan bahwa tidak ada bukti empiris atau teoritis yang mendukung kemungkinan Indonesia mencapai pertumbuhan sebesar 8%.
Andrinof menyoroti pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan kemampuan inovasi. Ia mengungkapkan bahwa China telah berhasil mengirimkan SDM-nya untuk mendapatkan pendidikan di luar negeri serta mengembangkan berbagai pusat penelitian ilmiah. Menurutnya, target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% tidak realistis dan menyatakan secara tegas, “Impossible. Iya,” dalam acara podcast yang disiarkannya.
Andrinof juga mencatat bahwa meskipun kelas menengah Indonesia tumbuh, tidak jarang kelas tersebut menghadapi masalah yang serius, sehingga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan masih menjadi tantangan. Dia memperkirakan bahwa potensi pertumbuhan yang lebih realistis untuk ekonomi Indonesia ada di kisaran 6% hingga 6,2%. Dia juga mengingatkan bahwa sejarah menunjukkan tidak ada negara dengan ekonomi terbuka seperti Indonesia yang mampu tumbuh sebesar 8% setiap tahunnya.
Membahas hal ini lebih lanjut, Andrinof memberikan perbandingan dengan ekonomi China yang mampu tumbuh rata-rata 9% selama 40 tahun berkat strategi yang terencana dengan baik. Dia menekankan pentingnya fokus pada pengembangan industri dan inovasi, yang membuat produk-produk dengan nilai tambah tinggi bisa muncul ke pasaran.
Presiden Prabowo Subianto, yang menetapkan target pertumbuhan 8%, menyatakan bahwa dia sering mendapatkan ejekan karena dianggap menetapkan target yang terlalu tinggi. Dalam sebuah sambutan, Prabowo mengungkapkan bahwa ia tidak merasa gentar dengan ejekan tersebut, karena mengacu pada ajaran Presiden Soekarno tentang pentingnya memiliki cita-cita yang tinggi. Menurutnya, menetapkan target yang rendah akan menghambat kemajuan bangsa. “Pengalaman saya di tentara juga begitu, jika kita memberikan target rendah, maka kita tidak perlu repot-repot,” ujarnya.
✦ Tanya AI