• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Diaspora Utusan Persyarikatan Muhammadiyah

img

Oleh : Drs. H. Uum Syarif Usman (Mudir Pontren Al Furqon Tasikmalaya) 

Muhammadiyah sudah sering membuat event yang berkorelasi dengan profesi yang dampaknya diharapkan terjadi peningkatan ekonomi rakyat maupun pengembangan dakwah, seperti jaringan saudagar Muhammadiyah,  Pengusaha, Guru, Marbot Masjid Muhammadiyah dan terbaru Jaringan Tani Muhammadiyah. 

Untuk menghimpun potensi dan memberi wawasan spesifik pada mereka yang seprofesi itu dibuat acara pertemuan-pertemuan bertingkat, sejak daerah sampai pusat. Tentu tak sedikit biaya yang keluar. 

Di luar banyak sisi positif dari event pertemuan, ada beberapa hal penting terkait peserta pertemuan yang perlu dicermati. Diantaranya : 

1. Fenomena 4L (lu lagi lu lagi). Di pertemuan majelis tabligh dia, di PGM dia, di pembinaan marbot masjid dia, eh di Jatam juga dia lagi. Kalau sudah begini, kan sulit diharapkan ide pengembangan dakwah berbasis profesi bisa dikembangkan. 

2. Fenomena "mendadak jadi". Entah saking semangat nya atau demi menutupi potensi tidak ada urusan, dalam event profesi tersebut sering terjadi peserta yang "mendadak jadi". Ada yang profesi asli nya guru dan jam mengajarnya dalam seminggu cukup padat, tapi di event jatam mendadak jadi petani. Lho.....kok ?

3. Berhenti sebagai pengetahuan dan kebanggan pribadi. Banyak peserta kegiatan yang merasa bahwa kehadirannya yang difasilitasi oleh persyarikatan cukup sebagai "bakti" pada persyarikatan, dalam arti kehadirannya dianggap membawa nama baik persyarikatan yang diwakilinya, tidak sampai Terhindar dari kondite jelek; ada yang mewakili. Itu saja. Sehingga sepulangnya dari acara tidak pernah ada laporan, apalagi menularkan ilmu dan mengembangkan apa yang diperolehnya. 

Fenomena kepesertaan seperti itu harus diperbaiki agar efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan kegiatan yang berbiaya tinggi bisa dicapai. 

Adapun Caranya antaralain ; 

1. Kalau mengutus personal untuk mengikuti event profesi sebaiknya mengutus yang relevan dengan profesi nya, bukan sekedar relevan dengan keanggotaan majelis, jabatan atau tanggungjawab struktural semata.

2. Ketika membuat surat tugas, sebaiknya persyarikatan melengkapi tugasnya bukan sekedar mengikuti acara tetapi ditambah dengan melaporkan hasilnya dan mengembangkan ilmu yang diperolehnya.

3. Setiap mengutus peserta kegiatan, Persyarikatan hendaknya memfasilitasi forum untuk laporan resmi dari yang diutus, baik di rapat rutin maupun rapat khusus. 

4. Sangat baik kalau persyarikatan juga memfasilitasi Rencana Tindak lanjut dari kegiatan yang diikuti utusan tersebut.

Kalau masyarakat mendorong agar pejabat tidak rangkap jabatan, yuk kita mulai dari hal kecil, menghindari rangkap kepesertaan pada kegiatan berbasis profesi. 

Kalau kegiatan umum dan penguatan ideologi, harusnya memang sering diikuti.

Allahu a'lamu.

© Copyright 2024 - Muhammadiyahgarut.com: Gerakan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Added Successfully

Type above and press Enter to search.